Saturday, April 28, 2018

Pansori Opera Tradisional Asal Korea

Pansori Opera Tradisional Asal Korea

Pansori Opera Tradisional Asal Korea

AksiKorea. - Pansori” yaitu paduan dari seni music serta seni sastra. Diunjukkan oleh seseorang penyanyi serta seseorang pemukul gendang. Opera ini berdasar pada praktik dari seseorang “mu-dang”, yakni pakar sihir atau dukun. Kesibukan mu-dang dimaksud “gut” dalam bhs Korea. Cerita-cerita berkenaan mu-dang serta gut terdapat banyak dalam buku histori Korea kuno. 

Nenek moyang bangsa Korea yakin pada “sin-ryong” atau Tuhan yang berarwah. Setiap roh dari mereka yang wafat dunia juga akan jadi sin-ryong serta senantiasa ada dekat dengan keluarga atau keturunannya. Oleh karenanya, menyembah roh nenek moyang adalah hal yang paling utama dalam kehidupan. Atas basic keyakinan mirip itu jadi opera tradisionil terdapatdan berkembang.

Pansori yang paling populer serta paling di sukai oleh bangsa Korea hingga saat ini adalah, “da-sut-ba-dak”, yang bermakna lima buah pansori. Ke-5 pansori kenamaan itu terdiri dalam “choon-hyang-ga”, “shim-chong-ga”, “su-koong-ga”, “jok-byuk-bu” serta “heung-bo-ga”. Pansori heung-bo-ga diangkat dari narasi rakyat yang berisi yaitu seperti berikut

Disebuah desa yang terpencil tinggallah dua orang kakak beradik yang bernama Heung-bo serta Nol-bo. Setelah orangtua mereka wafat, sang kakak yang bernama Nol-bo sudah mengusir adiknya tanpa ada memberi warisan dari orangtua mereka. Nol-bo berbentuk kikir serta tamak, demikian sebaliknya Heung-bo begitu baik hati. Walaupunpun Heung-bo hidup dalam kondisi miskin, mereka sekeluarga senantiasa mengupayakan supaya hidup dengan jujur. Disuatu haari pada musim semi, sekeor burung layang-layang yang patah kakinya yang jatuh di halaman tempat tinggal Heung-bo. Keluarga Heung-bo menjaga burung itu dengan penuh kasih serta melepaskannya kembali sesudah burung itu pulih. 

Pada musim semi selanjutnya, burung itu kembali lagi tempat tinggal Heung-bo, dengan membawa sebutir biji labu. Biji itu di tanam oleh Heung-ho jadi berbuah lebat. Satu hari pada musim gugur, keluarga Heung-bo tak memiliki makannan, dikarenakan itumereka ambil sebagian buah labu dari atap gubuknya untuk dikonsumsi. Tetapi saat labu di belah, terjadi satu keajaiban. Saat itu makanan yang enak serta beberapa barang bernilai penuhi isi tempat tinggal Heung-bo. Kini Heung-bo jadi kaya raya. Berita itu hingga ke telinga Nol-bo. Nol-bo selekasnya berkunjung ke tempat tinggal adiknya yang sudah beralih jadi satu buah istana. Heung-bo menyongsong kakaknya serta ceritakan keajaiban itu. Sepulangnya dari tempat tinggal Heung-bo, Nol-bo menangkap seekor burung layang-layang. 

Dengan berniat burung itu dipatahkan kakinya serta di bebaskan kembali sesudah dirawat oleh Nol-bo lantas beroleh sebutir biji labu dari burung itu. Bukanlah main puas hati Nol-bo serta ia selekasnya menanamnya. Setelah berbuah, dengan tak sabar Nol-bo membelah labu-labu itu. Namun dari dalam labu keluarlah hantu-hantu yang memegang tongkat, pisau serta tombak untuk memukul serta menakut-nakuti keluarga Nol-bo. Dala kondisi yang sekian, Nol-bo sadar serta insaf kalau jalan yang sudah di tempuhnya sampai kini yaitu sesat. Dia mengaku semuanya kekeliruannya serta hidup berdampingan kembali dengan adiknya. 

Certa diatas memiliki kandungan amanat yaiu orang yang berhati jujur juga akan mendapatkan kebahagiaan, walaupun didahului oleh beragam percobaan. Demikian sebaliknya, orang yg tidak jujur serta berkepribadian tak baik juga akan alami siksaan walaupun awal mulanya memiliki kedudukan yang tinggi serta kaya raya. Lewat cerita-cerita pansori, nenek moyang bangsa Korea sudah memberi anjuran bagaimana caranya unuk mendapatkan kebijaksanaan serta kebahagiaan hidup.

0 comments:

Post a Comment